Sastra sebagai tolak ukur kemajuan bangsa :
Oleh
Wajiran, S.S.
Wajiran, S.S.
Sastra sebagaimana yang disebutkan Horace berfungsi sebagai dulce et
utile, yaitu sebagai penghibur sekaligus berguna (Renne Wellek, dkk
1995). Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa peranan sastra bukan
sekedar menghibur tetapi juga mengajarkan sesuatu yang berguna. Karena
perenannya yang menghibur sekaligus berguna inilah maka sastra dianggap
sebagai media yang paling efektif dalam merubah pikiran masyarakat.
Meminjam istilah yang sering digunakan oleh Prof. Chamamah Soeratno,
sastra adalah means that is not transmitable by other means, karya
sastra bisa dikatakan sebagai media yang tidak tergantikan oleh media
lain.
Ada beberapa poin yang harus kita perhatikan kelebihan sastra dibanding dengan media kritik lain. Sastra merupakan sarana kritik yang menghibur sehingga pesan yang tersampaikan bisa meresap dalam pikiran manusia secara tidak disadari. Dengan demikian konfrontasi terhadap nilai suatu ideologi yang ada dalam sastra tidak kasar, tetapi merasuk secara perlahan-lahan. Sastra yang memiliki pengaruh seperti ini biasanya adalah sastra yang mengandung nilai didaktis tinggi; dan umumnya sastra yang demikian adalah karya sastra yang berkaitan dengan suatu agama atau ideologi politik.
Montgomery Belgion (via Renne Wellek) mengatakan;
“Irresponsible propagandist”. That is to say, every writer adopts a view or theory of life... the effect of the work is always to persuade the reader to accept that view or theory. This persuasion is to say, the reader is always led to believe something, and that assent is hypnotic-the art of the presentation seduces the reader...
Sastra yang berkaitan dengan agama bisa kita lihat pada karya sastra modern saat ini. Karya Helvi Tiana Rosa misalnya merupakan contoh yang paling kongkrit dari sastra yang berbau keagamaan. Karya-karya Helvi telah mempengaruhi kalangan muda Indonesia yang gemar membaca karya-karya sastra Islami. Sebenarnya masih banyak penulis-penulis islami lain yang sangat potensial di negeri ini, seperti Habiburrahman El Sirozy, Gola Gong, Asma Nadia dan lain sebagainya. Objek dari sastra ini adalah kaum muda yang biasanya sangat optimis terhadap kehidupan.
Sastra yang biasanya kontraversial dan sering menimbulkan polemik adalah sastra yang berbau ideologi politik. Sastra yang seperti ini sering mengkonfrontasi penguasa yang dholim. Pramudia Ananta Toer merupakan sastrawan yang bisa dikatakan mewakili sastrawan politik. Karya-karyanya sempat dilarang terbit oleh pemerintahan Orde Baru, karena dianggap membahayakan penguasa Suharto. Selain Pramudya masih banyak sastrawan Indonesia yang menyerukan perlawanan terhadap kedholiman penguasa diantaranya; W.S. Rendra, M.H. Ainun Najib, Ratna Sarumpaet, dan Nano Riantarno. Mereka adalah sastrawan yang pernah secara langsung dianggap berbahaya oleh pemerintah Orde Baru.
Adanya pelarangan atau pembredelan terhadap suatu karya sastra menunjukan pentingnya sastra terhadap perubahan pola pikir pembacanya. Sastra bisa menyadarkan seseorang akan eksistensinya dan juga kebenaran-kebenaran yang harus diperjuangkan dalam kehidupan. Dengan karya sastralah orang akan mampu memberikan suatu pemahaman atau pemikiran secara leluasa dan independen. Sastra merupakan sarana nation formation atau nation building yang berarti sastra sebagai pembentuk karakteristik masyarakat. Sastra merupakan benteng terakhir dari kebudayaan dan peradaban kita yang masih mampu kita pertahankan dari hempasan gelombang penjajahan ekonomi, politik dan militer dari penjajah kafir (Jabrohim, 2005).
Dengan karya sastra kita bisa melihat betapa kejayaan masa lalu telah bisa merubah negeri ini seperti yang kita nikmati sekarang ini. Dengan adanya karya sastra kita bisa melihat dan mengerti pemikiran para pejuang dan leluhur yang telah melukiskan pemikiran mereka dalam karya sastra yang mereka tinggalkan. Peninggalan-peninggalan seperti hikayat, kitab-kitab, babad dan serat yang ditulis para pujangga mampu memberikan gambaran kehebatan leluhur kita dimasa yang lalu. Lebih lanjut sastra merupakan ekpresi identitas yang bisa digunakan untuk memperteguh identitas suatu bangsa. Nilai-nilai yang ada dalam sastra yang sesuai dengan nilai-nilai masyarakat tentu akan memberikan corak tersendiri dalam masyarakat dimana sastra itu lahir. Seorang sastrawan akan memberikan nilai-nilai didactic sebagai kritik sekaligus peringatan kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat akan menyadari kekurangan dan kekhilafan yang telah dilakukan. Dari sinilah nilai-nilai identitas akan muncul dan terjaga karena karya sastra itu. Sastra akan menanamkan nilai-nilai itu tanpa disadari oleh siapapun.
Ada beberapa poin yang harus kita perhatikan kelebihan sastra dibanding dengan media kritik lain. Sastra merupakan sarana kritik yang menghibur sehingga pesan yang tersampaikan bisa meresap dalam pikiran manusia secara tidak disadari. Dengan demikian konfrontasi terhadap nilai suatu ideologi yang ada dalam sastra tidak kasar, tetapi merasuk secara perlahan-lahan. Sastra yang memiliki pengaruh seperti ini biasanya adalah sastra yang mengandung nilai didaktis tinggi; dan umumnya sastra yang demikian adalah karya sastra yang berkaitan dengan suatu agama atau ideologi politik.
Montgomery Belgion (via Renne Wellek) mengatakan;
“Irresponsible propagandist”. That is to say, every writer adopts a view or theory of life... the effect of the work is always to persuade the reader to accept that view or theory. This persuasion is to say, the reader is always led to believe something, and that assent is hypnotic-the art of the presentation seduces the reader...
Sastra yang berkaitan dengan agama bisa kita lihat pada karya sastra modern saat ini. Karya Helvi Tiana Rosa misalnya merupakan contoh yang paling kongkrit dari sastra yang berbau keagamaan. Karya-karya Helvi telah mempengaruhi kalangan muda Indonesia yang gemar membaca karya-karya sastra Islami. Sebenarnya masih banyak penulis-penulis islami lain yang sangat potensial di negeri ini, seperti Habiburrahman El Sirozy, Gola Gong, Asma Nadia dan lain sebagainya. Objek dari sastra ini adalah kaum muda yang biasanya sangat optimis terhadap kehidupan.
Sastra yang biasanya kontraversial dan sering menimbulkan polemik adalah sastra yang berbau ideologi politik. Sastra yang seperti ini sering mengkonfrontasi penguasa yang dholim. Pramudia Ananta Toer merupakan sastrawan yang bisa dikatakan mewakili sastrawan politik. Karya-karyanya sempat dilarang terbit oleh pemerintahan Orde Baru, karena dianggap membahayakan penguasa Suharto. Selain Pramudya masih banyak sastrawan Indonesia yang menyerukan perlawanan terhadap kedholiman penguasa diantaranya; W.S. Rendra, M.H. Ainun Najib, Ratna Sarumpaet, dan Nano Riantarno. Mereka adalah sastrawan yang pernah secara langsung dianggap berbahaya oleh pemerintah Orde Baru.
Adanya pelarangan atau pembredelan terhadap suatu karya sastra menunjukan pentingnya sastra terhadap perubahan pola pikir pembacanya. Sastra bisa menyadarkan seseorang akan eksistensinya dan juga kebenaran-kebenaran yang harus diperjuangkan dalam kehidupan. Dengan karya sastralah orang akan mampu memberikan suatu pemahaman atau pemikiran secara leluasa dan independen. Sastra merupakan sarana nation formation atau nation building yang berarti sastra sebagai pembentuk karakteristik masyarakat. Sastra merupakan benteng terakhir dari kebudayaan dan peradaban kita yang masih mampu kita pertahankan dari hempasan gelombang penjajahan ekonomi, politik dan militer dari penjajah kafir (Jabrohim, 2005).
Dengan karya sastra kita bisa melihat betapa kejayaan masa lalu telah bisa merubah negeri ini seperti yang kita nikmati sekarang ini. Dengan adanya karya sastra kita bisa melihat dan mengerti pemikiran para pejuang dan leluhur yang telah melukiskan pemikiran mereka dalam karya sastra yang mereka tinggalkan. Peninggalan-peninggalan seperti hikayat, kitab-kitab, babad dan serat yang ditulis para pujangga mampu memberikan gambaran kehebatan leluhur kita dimasa yang lalu. Lebih lanjut sastra merupakan ekpresi identitas yang bisa digunakan untuk memperteguh identitas suatu bangsa. Nilai-nilai yang ada dalam sastra yang sesuai dengan nilai-nilai masyarakat tentu akan memberikan corak tersendiri dalam masyarakat dimana sastra itu lahir. Seorang sastrawan akan memberikan nilai-nilai didactic sebagai kritik sekaligus peringatan kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat akan menyadari kekurangan dan kekhilafan yang telah dilakukan. Dari sinilah nilai-nilai identitas akan muncul dan terjaga karena karya sastra itu. Sastra akan menanamkan nilai-nilai itu tanpa disadari oleh siapapun.
Harrah's Reno - Casino News, Events & More
ReplyDeleteView 공주 출장마사지 Harrah's Reno, 고양 출장샵 profile page for Harrah's Reno including address, telephone number, 이천 출장마사지 map, 문경 출장샵 photos, videos, geolocation and more. 영주 출장샵