Sebagian dari kita mungkin ada yang muak dengan baca-bacaan baik itu buku pelajaran ataupun novel, tapi taukah anda bahwa membaca itu dapat meningkatkan wawasan kita, terlepas dari buku-buku pelajaran yang memang isinya adalah full pengetahuan buku-buku cerita ataupun biasa yang kita sebut novel juga bisa menambah wawasan kita, dan tau tidak bahwa dengan membaca novel sastra kita bisa lebih mudah memahami orang lain,,
tapi sebelumnya kita kupas dulu macam-macam novel..
Novel populer
Hal pertama yang harus diperhatikan
terkait perbedaan antara novel sastra dengan novel populer yaitu tujuan
penulisan novel itu sendiri.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam situs
www.sastra-indonesia.com, tujuan penulisan novel populer adalah tujuan
komersial. Artinya, penulisan itu ditujukan semata-mata untuk bisnis.
Nah, karena ditujukan semata-mata untuk
bisnis, untuk meraih keuntungan, novel jenis ini menyasar kepada pembaca
dari berbagai kalangan.
Adapun mengenai kontennya, novel jenis
ini cenderung berisi hiburan. Hal ini bisa dipahami, mengingat tujuan
utama novel ini adalah meraih keuntungan finansial.
Kita tahu bahwa masyarakat enggan membaca
bacaan yang berat-berat. Alasannya, kehidupan mereka sudah dipenuhi
dengan beban yang sangat berat, yang menguras tenaga dan pikiran. Untuk
itulah, secara psikologis, mereka tidak ingin menambah beban di dalam
pikiran mereka dengan berbagai bacaan yang kontennya sulit sekali
dicerna.
Saat memilih bacaan, mereka pun lebih
memilih bacaan yang ringan, yang isinya menghibur sedemikian sehingga
dengan membaca bacaan tersebut, mereka dapat mengusir kepenatan hidup.
Nah, karena isinya berupa hiburan dan
hal-hal yang ringan, tidak jarang novel populer menyajikan hal-hal yang
gampang dicerna oleh pikiran pembacanya. Kita akan jarang menemui
kiasan-kiasan yang sulit dipahami dalam novel populer.
Bahkan, karakter para lakonnya pun
seringkali digambarkan secara hitam dan putih. Lakon utama digambarkan
sebagai karakter yang sempurna sepenuhnya. Sementara itu, lakon
antagonis digambarkan sebagai penjahat seutuhnya.
Dengan penokohan yang hitam-putih seperti
itu, pembaca tidak perlu berkerut dahi untuk menerka-nerka, lakon yang
mana yang karakternya layak ditiru dan lakon yang mana yang karakternya
tidak pantas ditiru. Semua sudah tersaji secara gamblang di hadapan
pembaca.
Ciri lain dari novel populer yaitu pesan
yang disampaikan dapat dengan mudah ditangkap oleh pembaca. Hal ini
dikarenakan, novel populer cenderung mengikuti logika dan budaya yang
berlaku alias budaya mainstream. Jadi, pembaca langsung setuju
dengan pesan yang disampaikan di dalamnya, karena pesan tersebut tidak
bertentangan atau kontroversial dengan logika dan kebudayaan mereka.
Novel sastra
Jika tadi kita mengulas tentang novel populer, sekarang kita kupas ciri-ciri novel sastra.
Mari kita mulai dari tujuan penulisan
novel sastra. Biasanya, tujuan utama novel sastra ditulis bukan untuk
tujuan komersial. Adapun jika sang penulis mendapatkan keuntungan
finansial dari terbitnya novel tersebut, itu merupakan keuntungan
sampingan.
Penulisan novel sastra lebih ditujukan untuk keindahan atau sebagai kritik sosial.
Nah, sehubungan dengan tujuannya sebagai
kritik sosial, novel sastra ditulis dengan bahasa kiasan. Tujuannya,
supaya kritik tersebut tidak mudah terbaca oleh pihak mainstream, yakni pihak yang menjadi sasaran kritik.
Dengan bahasa kiasan, tentu saja, pembaca
novel jenis ini didorong untuk mengerutkan dahi. Otak mereka diperas
untuk mencari tahu maksud dari si pengarang novel terkait dengan cerita
yang disampaikannya.
Selain itu, karena ceritanya mengandung
kontroversi, karakter-karakternya seringkali digambarkan dengan
penggambaran yang ambigu, bukan penggambaran yang hitam-putih. Dengan
demikian, pembaca kesulitan menentukan lakon mana yang perilakunya patut
ditiru dan lakon mana yang perilakunya tidak patut ditiru.
Membaca novel sastra membuat pembacanya
berpikir keras untuk memahami pesan yang terkandung di dalamnya. Dan,
karena dalam novel sastra, pesan disampaikan dalam bentuk kiasan, maka
setiap pembaca memiliki interpretasi yang berbeda-beda mengenai pesan
tersebut.
Nah udah tau kan bedanya... sekarang kita lihat alasannya kenapa novel sastra bisa membantu kita bisa memahami orang lain...
Novel Sastra Membantu Anda Memahami Orang Lain
Nah, setelah mengetahui perbedaan anatara
novel populer dengan novel sastra, sekarang, mari kita kupas mengapa
novel sastra dapat membantu anda memahami orang lain.
Sebagaimana yang telah penulis sebutkan
sebelumnya, riset yang dilakukan oleh David Comer Kidd dan Emanuele
Castano dari New School for Social Research menemukan bahwa novel sastra
dapat membantu pembacanya menjadi lebih empatik terhadap orang lain.
Riset tersebut melibatkan 1000 partisipan, di mana mereka secara acak diminta untuk membaca novel populer atau novel sastra.
Oya, dalam riset tersebut, kedua pakar menggunakan teknik teori pikiran (theory of mind) untuk mengukur seberapa akurat partisipan mengidentifikasi emosi yang dialami oleh orang lain.
Hasilnya menunjukkan bahwa partisipan
yang membaca novel sastra lebih akurat dalam mengenali emosi seseorang
dibanding mereka yang membaca novel populer.
Lantas, mengapa demikian? Mengapa membaca novel sastra membuat mereka lebih empatik terhadap orang lain? Kidd menjawab, “What
great writers do is to turn you into the writer. In literary fiction,
the incompleteness of the characters turns your mind to trying to
understand the minds of others.” (http://www.theguardian.com/books/booksblog/2013/oct/08/literary-fiction-improves-empathy-study).
Apa yang dilakukan oleh seorang sastrawan yaitu merubah pembaca menjadi
penulis. Dalam novel sastra, ketidakutuhan karakter mendorong pembaca
untuk mencoba memahami pemikiran orang lain.
Nah, jadi, demikianlah penjelasan mengapa novel sastra dapat membantu kita meningkatkan kepekaan dan empati terhadap orang lain.
Novel sastra, yang ditulis dengan bahasa
kiasan mengandung pesan yang tidak mudah ditangkap oleh para pembacanya.
Pembaca juga didorong untuk berpikir lebih keras mengenai karakter
masing-masing lakonnya.
Penggambaran karakter para lakon sangat ambigu, sehingga pembaca tidak dapat menilainya secara hitam putih.
Nah, jika membaca novel sastra menjadi
kebiasaan pembaca, maka bayangkan yang bakal terjadi. Yang bakal terjadi
yaitu, pembaca terbiasa untuk tidak gampang memberikan stigma kepada
orang lain.
Pembaca akan terbiasa untuk menghargai
perangai orang lain karena mereka menganggap bahwa mereka tidak
mengetahui secara pasti sifat orang lain. Singkatnya, pembaca menjadi
lebih menghargai perasaan dan emosi orang lain.
Sekarang, bagaimana pendapat
Anda mengenai manfaat membaca novel sastra seperti yang penulis paparkan
di atas? Apakah Anda berubah pikiran? Tergerakkah Anda untuk memasukkan
novel sastra ke dalam daftar bacaan wajib Anda?
ditunggu ya responnya... :)
0 comments:
Post a Comment