Friday, 30 December 2016


Sebagian dari kita mungkin ada yang muak dengan baca-bacaan baik itu buku pelajaran ataupun novel, tapi taukah anda bahwa membaca itu dapat meningkatkan wawasan kita, terlepas dari buku-buku pelajaran yang memang isinya adalah full pengetahuan buku-buku cerita ataupun biasa yang kita sebut novel juga bisa menambah wawasan kita, dan tau tidak bahwa dengan membaca novel sastra kita bisa lebih mudah memahami orang lain,,

tapi sebelumnya kita kupas dulu macam-macam novel..

Novel populer

Hal pertama yang harus diperhatikan terkait perbedaan antara novel sastra dengan novel populer yaitu tujuan penulisan novel itu sendiri.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam situs www.sastra-indonesia.com, tujuan penulisan novel populer adalah tujuan komersial. Artinya, penulisan itu ditujukan semata-mata untuk bisnis.
Nah, karena ditujukan semata-mata untuk bisnis, untuk meraih keuntungan, novel jenis ini menyasar kepada pembaca dari berbagai kalangan.
Adapun mengenai kontennya, novel jenis ini cenderung berisi hiburan. Hal ini bisa dipahami, mengingat tujuan utama novel ini adalah meraih keuntungan finansial.
Kita tahu bahwa masyarakat enggan membaca bacaan yang berat-berat. Alasannya, kehidupan mereka sudah dipenuhi dengan beban yang sangat berat, yang menguras tenaga dan pikiran. Untuk itulah, secara psikologis, mereka tidak ingin menambah beban di dalam pikiran mereka dengan berbagai bacaan yang kontennya sulit sekali dicerna.
Saat memilih bacaan, mereka pun lebih memilih bacaan yang ringan, yang isinya menghibur sedemikian sehingga dengan membaca bacaan tersebut, mereka dapat mengusir kepenatan hidup.
Nah, karena isinya berupa hiburan dan hal-hal yang ringan, tidak jarang novel populer menyajikan hal-hal yang gampang dicerna oleh pikiran pembacanya. Kita akan jarang menemui kiasan-kiasan yang sulit dipahami dalam novel populer.
Bahkan, karakter para lakonnya pun seringkali digambarkan secara hitam dan putih. Lakon utama digambarkan sebagai karakter yang sempurna sepenuhnya. Sementara itu, lakon antagonis digambarkan sebagai penjahat seutuhnya.
Dengan penokohan yang hitam-putih seperti itu, pembaca tidak perlu berkerut dahi untuk menerka-nerka, lakon yang mana yang karakternya layak ditiru dan lakon yang mana yang karakternya tidak pantas ditiru. Semua sudah tersaji secara gamblang di hadapan pembaca.
Ciri lain dari novel populer yaitu pesan yang disampaikan dapat dengan mudah ditangkap oleh pembaca. Hal ini dikarenakan, novel populer cenderung mengikuti logika dan budaya yang berlaku alias budaya mainstream. Jadi, pembaca langsung setuju dengan pesan yang disampaikan di dalamnya, karena pesan tersebut tidak bertentangan atau kontroversial dengan logika dan kebudayaan mereka.

Novel sastra

Jika tadi kita mengulas tentang novel populer, sekarang kita kupas ciri-ciri novel sastra.
Mari kita mulai dari tujuan penulisan novel sastra. Biasanya, tujuan utama novel sastra ditulis bukan untuk tujuan komersial. Adapun jika sang penulis mendapatkan keuntungan finansial dari terbitnya novel tersebut, itu merupakan keuntungan sampingan.
Penulisan novel sastra lebih ditujukan untuk keindahan atau sebagai kritik sosial.
Nah, sehubungan dengan tujuannya sebagai kritik sosial, novel sastra ditulis dengan bahasa kiasan. Tujuannya, supaya kritik tersebut tidak mudah terbaca oleh pihak mainstream, yakni pihak yang menjadi sasaran kritik.
Dengan bahasa kiasan, tentu saja, pembaca novel jenis ini didorong untuk mengerutkan dahi. Otak mereka diperas untuk mencari tahu maksud dari si pengarang novel terkait dengan cerita yang disampaikannya.
Selain itu, karena ceritanya mengandung kontroversi, karakter-karakternya seringkali digambarkan dengan penggambaran yang ambigu, bukan penggambaran yang hitam-putih. Dengan demikian, pembaca kesulitan menentukan lakon mana yang perilakunya patut ditiru dan lakon mana yang perilakunya tidak patut ditiru.
Membaca novel sastra membuat pembacanya berpikir keras untuk memahami pesan yang terkandung di dalamnya. Dan, karena dalam novel sastra, pesan disampaikan dalam bentuk kiasan, maka setiap pembaca memiliki interpretasi yang berbeda-beda mengenai pesan tersebut.


Nah udah tau kan bedanya... sekarang kita lihat alasannya kenapa novel sastra bisa membantu kita bisa memahami orang lain...

Novel Sastra Membantu Anda Memahami Orang Lain

Nah, setelah mengetahui perbedaan anatara novel populer dengan novel sastra, sekarang, mari kita kupas mengapa novel sastra dapat membantu anda memahami orang lain.
Sebagaimana yang telah penulis sebutkan sebelumnya, riset yang dilakukan oleh David Comer Kidd dan Emanuele Castano dari New School for Social Research menemukan bahwa novel sastra dapat membantu pembacanya menjadi lebih empatik terhadap orang lain.
Riset tersebut melibatkan 1000 partisipan, di mana mereka secara acak diminta untuk membaca novel populer atau novel sastra.
Oya, dalam riset tersebut, kedua pakar menggunakan teknik teori pikiran (theory of mind) untuk mengukur seberapa akurat partisipan mengidentifikasi emosi yang dialami oleh orang lain.
Hasilnya menunjukkan bahwa partisipan yang membaca novel sastra lebih akurat dalam mengenali emosi seseorang dibanding mereka yang membaca novel populer.
Lantas, mengapa demikian? Mengapa membaca novel sastra membuat mereka lebih empatik terhadap orang lain? Kidd menjawab, “What great writers do is to turn you into the writer. In literary fiction, the incompleteness of the characters turns your mind to trying to understand the minds of others.” (http://www.theguardian.com/books/booksblog/2013/oct/08/literary-fiction-improves-empathy-study). Apa yang dilakukan oleh seorang sastrawan yaitu merubah pembaca menjadi penulis. Dalam novel sastra, ketidakutuhan karakter mendorong pembaca untuk mencoba memahami pemikiran orang lain.
Nah, jadi, demikianlah penjelasan mengapa novel sastra dapat membantu kita meningkatkan kepekaan dan empati terhadap orang lain.
Novel sastra, yang ditulis dengan bahasa kiasan mengandung pesan yang tidak mudah ditangkap oleh para pembacanya. Pembaca juga didorong untuk berpikir lebih keras mengenai karakter masing-masing lakonnya.
Penggambaran karakter para lakon sangat ambigu, sehingga pembaca tidak dapat menilainya secara hitam putih.
Nah, jika membaca novel sastra menjadi kebiasaan pembaca, maka bayangkan yang bakal terjadi. Yang bakal terjadi yaitu, pembaca terbiasa untuk tidak gampang memberikan stigma kepada orang lain.
Pembaca akan terbiasa untuk menghargai perangai orang lain karena mereka menganggap bahwa mereka tidak mengetahui secara pasti sifat orang lain. Singkatnya, pembaca menjadi lebih menghargai perasaan dan emosi orang lain.


Sekarang, bagaimana pendapat Anda mengenai manfaat membaca novel sastra seperti yang penulis paparkan di atas? Apakah Anda berubah pikiran? Tergerakkah Anda untuk memasukkan novel sastra ke dalam daftar bacaan wajib Anda?


ditunggu ya responnya... :)

Related Posts:


0 comments:

Post a Comment

Ikuti Dengan Sekali "Klik"

Powered by Blogger.

Kenalilah Saya Lebih Dekat

Featured post

Kumpulan Cerpen Seno Gumirah

Seno Gumirah adalah seorang penulis yang karya-karyanya cukup memukau,, dari cerpen, puisi, hingga buku-bukunya laris terjual... berik...

Popular Posts

Blog Archive