“ Maafkan aku Ham, aku udah bener-bener ga bisa sama kamu,, aku tuh udah terlanjur mencintai dia, bahkan lebih dari cinta aku ke kamu, maaf ”
Kalimat yang terdengar sangat
menyakitkan bagi Hamdi, ia memang masih sangat mencintai Nadya tapi sayangnya Nadya
memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Hamdi karena ia sudah mencintai
pria lain.
Hamdi pun tampak murung hari itu, ia
berdiam diri di taman kampus dengan wajah yang sangat lesu, hati nya hancur
bagaikan kerupuk diatas bubur. “ Ham, ayu ke kelas udah masuk nih, kalo telat
bisa di coret nama lu ama Pa Safrudin” Terdengar Indra mengajak, tapi Hamdi
hanya diam saja masih dengan wajah nya yang tak bersemangat
“ udah ndra lu duluan aja, gua mw disini dulu”
“ lu lagi kenapa si, galau lu ya”
“ engga, gua
lagi kurang tidur aja, yaudah lu duluan aja sana”
“ ohh yaudah,
gua duluan dah” ucap Indra sambil berjalan menuju kelas.
Hamdi masih tidak habis pikir kenapa
Nadya bisa memutuskan hubungannya dengan dia, sebab dia merasa tidak melakukan
kesalahan apa-apa, tapi kenapa Nadya malah lebih cinta kepada pria lain. Dari
kejauhan terlihat Widya memperhatikan Hamdi dan tak lama kemudian dia
menghampiri Hamdi
“ Boleh saya
duduk disini mas” Ucap Widya sedikit meledek
Hamdi menoleh
kearah Widya, “ ohh boleh silakan aja, kosong ko” dengan sedikit senyum
“ kamu lagi
galau mas, ko bengong aja “ tanya Widya
“ hehe, engga
ko, so tau nih si mba”
Widya pun
tersenyum kearah Hamdi “ udahlah ga usah terlalu banyak mikir entar cepet tua,
nih aku bawa teh kotak dari rumah, ini buat kamu satu” dengan menyodorkan
tangannya
“ makasih ya”
sambil tersenyum.
“ kamu ko disini
aja, lagi ga ada kelas?”
“ ada si, tapi
entar-entaran lah, kamu sendiri?”
“ ada, ini aku
mw masuk, yaudah aku masuk dulu ya,, kamu masuk sana jangan bengong disini aja nanti kesurupan, hehehe”
terlihat meninggalkan Hamdi dengan senyumannya.
Hamdi kembali sendirian lagi dan ia
memutuskan untuk masuk ke kelas, sesampainya ia di kelas ia malah di maki-maki
dosen, karena Pa Safrudin memang terkenal killer, “ ngapain kamu masuk, udah
sana diluar aja nama kamu udah saya coret, kamu ga usah masuk kelas saya lagi”
Ucap Pak Safrudin dengan nada cukup tinggi. Kemudian Hamdi pun tak jadi masuk
kedalam kelas, ia kembali ke Taman, disaat ia baru saja duduk di taman tiba-tiba
handponenya berbunyi, “kring-kring” ketika dilihat hanya nomer tanpa nama yang
menghubunginya, lantas langsung saja ia angkat,
“ Hallo
Assalamuailaikum”
“ Wa’alaikum
salam, ini Hamdi ya”
“ iyahh, ini
siapa ya”
“ ini pak RT, mw
ngasih tau kalo Ibu dari nak Hamdi tadi kecelakaan, dan meninggal dunia, nak
Hamdi yang sabar ya, sekarang jenazah Ibu nak Hamdi sedang diurusi oleh warga”
Mendengar hal itu Hamdi tak bisa
berkata apa-apa, hpnya pun jatuh seakan dirinya tak bertenaga. Ia pun tampak
begitu sedih dan sesekali mengusap air matanya. Lantas ia lekas pulang dan
terlihat dirumahnya sudah banyak orang yang sedang membacakan Yassin.
“ Ibuuu, kenapa
Ibu tinggalin Hamdi sendiri,Hamdi sekarang udah ga punya siapa-siapa, ayah udah
ga ada, sekarang ibu juga pergi” Ucap Hamdi sambil memeluk erat jenazah Ibunya.
Warga tampak menenangkan Hamdi begitu juga Indra yang baru saja datang. Setelah
proses pemakaman satu-satu warga meninggalkan Hamdi sendiri dan hanya tinggal
Indra saja seorang yang menemani.
“ Ham lu harus
sabar, gua yakin elu tuh kuat Ham”
Hamdi tampak
diam saja, menahan kesedihan dan kepahitan yang bertubi-tubi,
“ udahlah, masa
cowo kaya lu nangis si, kan lu tau kalo orang meninggal itu harus di ikhlasin”
Ucap Indra meneruskan
“
haaaahhhhhhhhh,,, I had God” Hamdi teriak dengan menoleh kearah Indra
“ lu enak
tinggal bilang sabar-sabar aja, tapi gua, gua yang ngerasain semua, entah
kenapa beberapa hari ini gua dipukul oleh beberapa ujian, mulai dari di tuduh
maling, di putusin Nadya, dicoret Dosen, dan gua bisa tahan dengan itu semua,
tapi kali ini gua ga kuat Ndra, orang tua gua yang tinggal satu-satu nya
sekarang udah pergi meninggalkan gua”
“ gua paham Ham
apa lu yang lu rasain, tapi lu ga boleh kaya gini, sampai-sampai lu mengatakan
hal yang tidak seharusnya lu ucapakan, istighfar Ham” Indra kembali menasihati,
Dan terdengar
suara pelan dari mulut Hamdi mengucapkan Istighfar.
Setelah saai itu Hamdi selalu
murung, seakan semua semangat kehidupannya telah mati. Ia seakan tertidur dan
lebih nyaman dengan mimpi-mimpinya yang begitu indah, tulisan-tulisan dan
puisi-puisinya sudah jarang terlihat di mading kampus. Ia lebih memilih
menyendiri. Hatinya semakin pupus ketika ia sedang termenung di kantin kampus,
ia melihat Nadya mantan pacarnya bermesraan dengan pacar baru nya. Ia lekas
pindah dari kantin menuju taman.
Hari-hari ia lalui dengan semangat
yang tertidur, kepedihan, juga kepahitan. Ia lebih banyak diam tidak seperti
biasanya dan sudah hampir sebulan ia bersikap seperti itu. Dan sudah hampir
sebulan pula Widya terlihat memperhatikan Hamdi di setiap tingkah lakunya.
Kemudian ketika Hamdi sedang termenung ditaman tempat biasa ia termenung, Widya
tampak menghampiri.
“ sampai kapan
kamu mw kaya gini terus” Hamdi pun menoleh kearah Widya
“ maksud kamu apa?”
jawab Hamdi
“ udah lah Ham,
ga usah sembunyi dari kesedihan, udah hampir sebulan setelah ibu kamu meninggal
aku perhatiin kamu tuh kaya manusia tak bernyawa, ga ada semangatnya sama
sekali, ga enak tau diliatnya”
“ emang nya
siapa yang suruh kamu perhatiin aku “ terlihat jutek
“ aku tuh peduli
sama kamu, tapi kamunya aja yang ga pernah menganggap aku ada”
“ hah, peduli,,
emang nya masih ada orang yang peduli sama gua,, engga ada, elu dan yang lain
tuh cuma so peduli aja sama gua, ga pernah ada yang tulus” Hamdi dengan nada
yang cukup tinggi, hingga beberapa mahasiswa lain yang ditaman menoleh
kearahnya
“ ishh, kamu tuh
bener-bener yah,,” ucap Widya dengan sedikit sakit hati menandakan langkah cepat nya meninggalkan Hamdi.
Beberapa hari kemudian, di rumahnya Hamdi
tampak menyesali perbuatannya terhadap teman-teman nya, khususnya Widya dan
Indra. Ia menyadari bahwa ia menjadi bukan ia di kemarin-kemarin. Ia
benar-benar sangat menyeali bahkan sampai meneteskan air mata. Disaat itu
tiba-tiba saja pintu rumahnya terketuk ia langsung membuka pintu, dan ternyata
yang datang adalah Widya dengan membawa buah-buahan untuk Hamdi.
“
Assalamualaikum” ucap Widya sambil tersenyum
“ Waalaikum
salam, si si silahkan masuk” jawab Hamdi sedikit terkejut, karena Ia mengira
Widya marah kepadanya
“ Kamu baik-baik
aja ham?”
“ baik,
alhamdulillah,, aku kira kamu”
“ marah gituh
sama kamu” ucap Widya memotong kalimat yang belum selesai
“ sebenernya si
aku sempet sakit hati pas kejadian di taman itu, tapi yaa aku maklumi lah, kondisi
psikologis kamu saat itu kan lagi kacau” jelasnya sambil tersenyum dan membuka
buah jeruk untu Hamdi
“ hhmmm, aku
minta maaf yah, bener apa yang kamu bilang kemarin-kemarin itu aku lagi
bener-bener strees dan lepas kontrol” ucap Hamdi memelas,
“ iyah aku
maafin” jawab Widya sambil menyuapi sebuah jeruk ke mulut Hamdi
“ mungkin kalo
aku baru kenal kamu, aku pasti udah ga mw kenal kamu lagi, aku tuh tau kamu
gimana, kamu tuh sebenernya anak yang baik, aktif, dan cerdas, aku sering baca
tulisan-tulisan dan puisi-puisi kamu,, bagus-bagus ko, juga aku sering
perhatiin sikap kamu diorganisasi Mahasiswa yang cukup mendominasi, aku tuh tau
kamu kaya gimana, dan kemarin-kemarin tuh aku seperti tidak melihat kamu dalam
diri kamu, tidak semangat, rentan marah. Emang nya kamu mw di jauhi ama
temen-temen yang lain,, sayang-sayang bakat-bakat kamu itu kalo kamu sampai
dibenci” Ucap Widya menasihati
“ iyah, aku
bener-bener nyesel udah bersikap sepert itu, seakan aku tuh seperti orang yang
tidak memiliki tuhan, padahal aku masih punya allah,, dan kamu” sambil
tersenyum
“ loh ko ada
akunya si, harusnya tuh ga Cuma aku tapi semua sahabat kamu” dengan wajah yang
menggemaskan
“ tapi kamu tuh
lebih perhatian dari yang lain tau ga, bahkan dari pacar aku sendiri”
“ emang kamu
punya pacar” sambil menaikan alis kirinya
“ udah engga,
hehehe” jawab Hamdi
“ yaudah, ga ada
guna nya kalo cuma nyesel aja, aku minta secara pribadi ke kamu, kamu harus
kembali seperti dulu, bersemangat, aktif dan cerdas. Dan juga tentang
tulisan-tulisan kamu, aku ada link ke salah satu penerbit buku, aku mw kamu
coba kirim deh tulisan-tulisan kamu kesitu” Ucap Widya sambil memeluk Hamdi,
Hamdi pun sedikit terkejut dan hatinya yang sudah lama tertidur kini kembali
terbangun.
Setelah itu Hamdi kembali
bersemangat dalam hal kuliah, menulis dan berorganisasi. Dosen yang dulu mencoret
namanya kini sudah membolehkannya kembali masuk, tulisan-tulisannya kini sudah
sering lagi hadir dimading kampus. Dan ia pun mencoba mengirimkan
tulisan-tulisannya itu ke penerbit buku yang disarankan oleh Widya. Sekali ia
ditolak, ia mencoba mengirimkannya lagi sampai akhirnya novel karyannya
diterima dan akan diterbitkan. Ia sangat senang sekali saat itu.
Akhirnya tiba waktunya launching
novel pertamanya, dengan dihadiri sahabat-sahabatnya dan beberapa wartawan
kampus juga tentunya Widya. Hamdi tampak sangat senang dan bahagia sekali,
ternyata apa yang ia impikan bisa tercapai bahkan sebelum ia wisuda. Dan
setelah acara launching, sahabat-sahabat mulai memberikan ucapan selamat dan
wartawan kampus pun mewawancarainya.
“ wihhhh men
selamet ya,, temen gua udah resmi jadi penulis sekarang,, gua rasa novelnya itu
berisi kisah cinta lu yang sering kandas ya, hehehe” ucap Indra memberikan
selamat sambil meledek
“ Hamdiiii,
selamat ya kamu udah jadi penulis buku sekarang” Widya yang terlihat berlari
kecil dari kejauhan dang langsung memeluk Hamdi.
“ andai aja
kedua orang tua gua masih ada, pasti mereka bangga banget sama gua” ucap Hamdi
dengan mata yang berkaca-kaca
“ mereka pasti
bangga men di alam sana, gua yakin” sambung Indra sambil menepuk pundak Hamdi.
Akhirnya Hamdi mengajak Widya
kesalah satu tempat yang sangat indah, yaitu pulau tidung,, Hamdi bilang
sebagai tanda terimakasih dia ke Widya, tadinya ia juga mengajak Indra tapi
sayangnya Indra tidak bisa.
Sore hari di pantai, Hamdi dan Widya
tampak asik bermain air dan tak lama kemudian mereka berdua duduk di tepi
pantai sambil memandang kearah senja yang tampak mempesona.
“ sekali lagi
selamat ya Ham, atas kesuksesannya” ucap Widya dengan menyenderkan kepalanya ke
bahu Hamdi
“ ini semua juga
karena kamu kali Wid”
“ karena aku?”
widya tampak keheranan
“ kalo
diibaratkan aku tuh bagaikan seekor beruang yang sedang berhibernasi karena
datangnya musim dingin, dan kamu adalah musim semi yang datang untuk
membangunkan ku dari tidurku, juga melenyapkan kedinginan yang begitu dingin
dari duniaku, kau gantikan dengan bunga-bunga dan sinar matahari yang terlihat
begitu indah” Widya hanya tersenyum kearah Hamdi
“ dan satu lagi
Wid, aku baru sadar bahwa orang yang aku cari selama ini ternyata ada didekat
aku, sahabatku sendiri,, yaitu kamu. Aku cinta sama Wid, aku sayang dan aku mw
kamu tetap disisiku sampai nanti, apakah kamu mw menjadi kekasih aku?”
Ucap Hamdi
sambil memandang kearah Widya,Widya pun menoleh kearah Hamdi dan mereka saling
bertatapan,,,, dan akhirnya Widya kembali memeluk Hamdi
“ aku juga cinta
sama kamu Ham, aku mw jadi kekasih kamu”
Dan akhirnya
musim dingin yang memaksa sang beruang berhibernasi kini telah berganti menjadi
musim semi yang membangunkan sang beruang dengan pesonanya,, dan senja di tepi
pantai menjadi saksi kesatuan antara sang beruang dan musim semi.
0 comments:
Post a Comment